Ini Cara yang Tepat Menyatakan Cinta

Tidak banyak perempuan yang berani untuk mengungkapkan perasaannya dan malah memilih untuk memendamnya entah sampai kapan. Sebenarnya, menyatakan cinta itu sah-sah saja selama anda menggunakan cara yang sopan dan tidak berlebihan.

Mengetahui Kadar Cinta Si Dia

Keingintahuan merupakan hal yang sangat wajar dalam kehidupan manusia. Keingintahuan dapat terkait dengan banyak hal dan salah satunya mengenai pasangan anda. Berikut beberapa tips untuk mengetahui kadar cinta si dia

Ada Banyak Cara Melupakan Mantan Pacar

Setiap hubungan percintaan pasti mengalami masa-masa yang sulit untuk bisa saling memahami perbedaan yang ada. Seringnya perbedaan tersebut malah membuat hubungan tersebut menjadi sangat buruk kualitasnya. Tidak jarang hal ini mengakibatkan putus cinta

Lewat Surat Cinta Bisa Lebih Ungkapkan Romantisme

E-mail, SMS, sampai instant messenger memang sangat mempermudah komunikasi kita dengan orang lain. Namun, ketika sedang menjalin kasih Anda pasti tak ingin menerima ucapan cinta melalui pesan singkat saja. Untuk mengatasi kebosanan dan membuat hubungan semakin romantis, tak ada salahnya untuk kembali menggunakan cara tradisional, yaitu surat cinta. Meski terbilang jadul, melalui surat cinta Anda bisa lebih puas mengungkapkan perasaan dengan kalimat yang lebih romantis. Apalagi jika surat itu Anda selipkan ke tangannya dilengkapi setangkai mawar merah.

Pada Bulan Merah Akankah Kau Pulang

Sampai penantian itu berbilang tahun --20 tahun hingga kini-- bagai kumbanng putus tali. Hilanng tanpa kendali. Andaikata pula ia tersesat, mestinya aku tahu di mana rimbanya. Kalaupun ia wafat, aku berharap tahu pula di mana tempat kuberziarah.

Doa Sebutir Peluru

Engkau teerdiam, bersarang di dalam leher seseorang setelah sebelumnya menerjang, berteriak garang. Engkau masih terdiam ketika leher yang kau lubangi itu mengucurkan darah merah, memulas tanah, mengguris hitam pada sejarah. Kemudian perlahan engkau meringis, mulai menangis, memaki segala macam tragedi sementara tubuhmu tak dapat bergerak, tetap berdiam di tubuh manusia malang itu.

Senin, 04 Maret 2013

Menguak Danyang Kampung Ular

Oleh: Suryadi Bejo

Ketika tangannya terulur hendak memetik cabe, tiba-tiba muncul ular kepala dua yang cukup besar. Ular di Kampung Cabean ini tetap menyimpan dendam pada lurah setempat sehingga tidak ada yang berani datang ke Kampung Cabean!

* * * * * * * * * * * * * * *

Jumadi (57), seorang petugas penjaga kantor Desa Jetis, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, sudah bertahun-tahun tinggal bersama istri tercintanya di rumah dinas tukan kebun desa. Walaupun sudah hampir berumur 60 tahun, namun pasangan ini tetap saja tampak hidup rukun dan sepertinya tidak pernah ada kekurangan.

Mereka juga mampu mendidik dan membimbing anak-anaknya hingga mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih bagus dibanding mereka, orang tuanya. Banyak warga sekitar yang merasa iri dan sering bertandang ke rumahnya walau hanya untuk bertukar pengalaman soal hidup dan kehidupan.

Dari Mbah Jumadi ini pula Misteri banyak mendapat cerita tentang Kampung Cabean, yang masuk ke wilayah Desa Jetis, yang konon dihuni ribuan ular sehingga dijuluki sebagai kampung ular.

Awalnya, Kampung Cabean hanyalah berupa gundukkan tanah yang berada di tengah sawah sehingga saat itu belumlah bisa disebut sebagai kampung. Di situ hanyalah terdapat tanaman liar yang banyak tumbuh di tempat itu. Warga sekitar juga tidak ada yang berani untuk menjamahnya, itu karena keangkerannya. Karena setiap ada orang yang akan masuk ke lokasi itu, maka dia akan mengalami fenomena yang aneh dan menakutkan.

Sebab itu ada keyakinan di kalangan para warga, pada gundukkan tanah yang lazim orang sebut gumuk itu, biasanya dihuni piaraan makhluk gaib, lengkap dengan kepalanya atau komandannya. Di gumuk itu juga banyak tanaman cabe rawit, meski tidak ada satu pun warga yang menanamnya. Tanaman itu tumbuh dengan subur seolah ada yang merawatnya.

Suatu saat petani yang ingin mencoba memetik cabe-cabe di situ. Sebab dilihatnya, cabe-cabe digumuk itu tersebut besar-besar dan sudah ramun, sudah waktunya dipanen. Namun baru saja tangannya terulur hendak memetik cabe itu, tiba-tiba saja muncul ular yang cukup besar, namun tidak terlalu panjang, hanya sekitar satu meteran.

Dan yang membuatnya sangat ketakutan, ular itu berkepala dua! Pada setiap kepala dan ekornya dihiasi warna merah. Itulah yang disebut sebagai ular cabe. Ular jenis ini dikenal sangat mematikan. Siapa saja yang terkena patuknya, dipastikan akan meninggal dunia karena bia ular cabe sulit ditawarkan dengan obat apapun.

Melihat kemunculan ular tersebut, si petani merasa sangat ketakutan sehingga ia tidak jadi memetik cabe-cabe itu dan langsung saja pulang ke rumah. Berita soal kemunculan ular berkepala dua dimana pada kepala dan ekornya dihiasi warna merah lantas saja tersiar kemana-mana. Dan sejak saat itu gumuk di tengah sawah tersebut dikenal dengan nama gumuk cabe.

Setiap kali ada yang membicarakan gumuk cabe, pasti akan langsung terbayang kekhawatiran dan ketakutan di wajah penduduk setempat. Bukan saja hanya soal ular kepala dua yang mereka takuti, namun juga kepada sang 'pemilik' ular tersebut. Sebab ada kepercayaan di kalangan masyarakat bahwa ular-ular yang terbilang langka dan aneh tersebut pasti ada pemiliknya, yang sudah pasti mereka berasal dari makhluk gaib.

Namun setelah bertahun-tahun kemudian, ada seseorang yang bermaksud hendak mengubah bentuk gumuk itu untuk dijadikan sebuah kampun. "Saya sudah lupa nama seseorang itu. Tapi yang pasti dia memiliki ilmu spiritual yang sangat tinggi. Bisa disebut beliau semacam orang pintar, begitu. Dia bisa melihat dan mampu berkomunikasi dengan makhluk-makhluk gaib," papar Mbah Jumadi.

Pada malam Jumat Kliwon, dia mulai memasuki lokasi itu tanpa seorang pengawal pun bersamanya. Pada saat itu dia hanya membawa sebuah keris pusaka dan sebungkus bunga beserta kemenyan. Dia langsung masuk lokasi, dan langsung menuju ke sebuah tempat yang pada siang harinya sudah dibersihkan terlebih dahulu. Di tempat itu dia lantas saja melakukan ritualnya.

Warga yang kemudian mengetahui ada orang yang dengan beraninya masuk ke Gumuk Cabe, lantas saja berkerumun dan ingin menyaksikan walau dari jauh dengan penuh tanda tanya. Meski banyak di antara mereka yang kagum dengan keberanian orang tersebut, namun tidak sedikit juga warga yang merasa was-was karena takut ritual yang dijalankan orang tersebut gagal dan sudah pasti akibatnya akan menimbulkan amarah penghuni Gumuk Cabe, makhluk penunggu Gumuk Cabe akan marah sehingga bisa saja menyerang warga secara membabi butaa.

Selang beberapa saat, warga mencium wewangian yang berasal dari hasil pembakaran kemenyan. Apa saja yang dilakukan orang itu, selanjutnya tidak ada yang mengetahui dengan pasti. Hanya saja warga sempat mendengar seperti ada rombongan yang tengah berbaris menuju gumuk itu. Mereka membawa tandu.

Ketika sampai di Gumuk Cabe, pembawa tandu terjatuh karena terantuk batu. Tandu itu rusak, dan sebuah kaki tandu itu patah. Namun insiden itu sepertinya tidak terlalu dihiraukan para rombongan itu. Rombongan itu pun segera melanjutkan perjalanan mereka tanpa mengambil patahan kaki kursi tandu itu. Dan patahan kaki kursi itu tandu itu atau batang tersebut samapi sekarang masih tertanam di lokasi yang saat ini dimiliki Diri (54), warga Kampung Cabean tersebut.

Setelah melakukan ritual, orang tersebut kemudian membuat gubuk sebagai tempat tinggalnya. Dan kini setelah beberapa tahun kemudian, Kampung Gumuk Cabe sudah dihuni oleh delapan kepala keluarga yang mendiami delapan rumah. Namun untuk ketentraman warga berbagai pantangan pun diterapkan secara ketat kepada para penghuninya. Misalnya, tidak boleh membuat lubang sampah terlalu dalam.

Jika hendak membuat sumur, maka harus diberi pagar. Dan satu hal yang pasti adalah warga setempat tidak boleh dan diperkenankan untuk membunuh ular dengan suatu alasan apapun. Andai ada yang berani melanggar pantangan itu, maka mereka akan menerima dampaknya. Biasanya orang yang melnggar pantangan itu, kalau tidak sakit menahun, pasti akan meninggal secara mendadak.

"Rupanya dulu orang piintar yang pertama masuk ke Gumuk Cabe itu, sempat bertarung mati-matian dengan ular besar di situ, mungkin komandannya. Meski dia telah berhasil memenggal kepala ular itu dengan keris saktinya, namun pada saat-saat tertentu potongan tubuh ular tersebut itu bisa menyatu kembali," papar Jumadi.

Perihal adanya ular besar yang melingkar di Gumuk Cabe yang saat ini telah berubah menjadi Kampung Cabean, bukan cerita baru. Dan sudah banyak petani setempat yang melihat ular tersebut. Mereka-mereka yang melihat umumnya akan langsung kabur karena tidak ingin trkena sesuatu hal.

Namun ada satu fenomena lain yang menarik dan terus terjadi hingga saat ini. Dimana, jika ada lurah atau kepala desa yang berpidato di Kampung Cabean, dipastikan sang kepala desa akan jatuh tersungkur sebelum selesai berpidato. Kejadian ini sudah berulang kali terjadi.

Dari hasil penerawangan orang pintar diketahui, rupanya yang dulu masuk ke Gumuk Cabe dan melakukan ritual hingga hingga Gumuk Cabe bisa ditempati, bahkan sampai memenggal komandan ular, ternyata adalah seorang lurah. Tidak heran jika samapi saat ini ular-ular di Kampung Cabean memiliki dendam yang begitu besar dengan lurah.

Akibatnya, hingga saat ini tidak ada lurah atau kepala desa yang berani datang ke Kampung Cabean. Jika lura Jatis mendapat undangan ke Kampung Cabean atau ada warga Cabean yang meninggal, maka dapat dipastikan dia tidak akan datang ke sana, dan dia akan minta diwakilkan pada orang lain. Pernah juga ada satu kejadian yang sangat menggemparkan dimana ketika Martoyo (54), salah satu warga Kampung Cabean, menggelar resepsi pernikhan anaknya, warga merasa banyak ular yang ikut jagong.

"Pokoknya dimana-mana ada ular. Bahkan ular-ular itu ada juga yang masuk ke dalam gelas minuman. Karuan saja orang-orang yang kondangan menjadi panik dan ketakutan. Dan anehnya lagi saat air minum dibuang, ularnya juga ikut hilang."

Hingga saat ini Kampung Cabean hanya dihuni oleh beberapa keluarga saja. Mayoritas dari mereka bekerja menjadi petani dan buruh, juga usaha kecil. Namun para penghuni Kampung Cabean sendiri tidak terpengaruh dengan adanya cerita-cerita yang mengerikan soal kampung yang mereka tinggali. Sampai saat ini kehidupan di Kampung Cabean tetap berjalan normal sebagaimana layaknya kampung-kampung lain. (8)

Sumber: Misteri Edisi 550 Tahun 2013