Ini Cara yang Tepat Menyatakan Cinta

Tidak banyak perempuan yang berani untuk mengungkapkan perasaannya dan malah memilih untuk memendamnya entah sampai kapan. Sebenarnya, menyatakan cinta itu sah-sah saja selama anda menggunakan cara yang sopan dan tidak berlebihan.

Mengetahui Kadar Cinta Si Dia

Keingintahuan merupakan hal yang sangat wajar dalam kehidupan manusia. Keingintahuan dapat terkait dengan banyak hal dan salah satunya mengenai pasangan anda. Berikut beberapa tips untuk mengetahui kadar cinta si dia

Ada Banyak Cara Melupakan Mantan Pacar

Setiap hubungan percintaan pasti mengalami masa-masa yang sulit untuk bisa saling memahami perbedaan yang ada. Seringnya perbedaan tersebut malah membuat hubungan tersebut menjadi sangat buruk kualitasnya. Tidak jarang hal ini mengakibatkan putus cinta

Lewat Surat Cinta Bisa Lebih Ungkapkan Romantisme

E-mail, SMS, sampai instant messenger memang sangat mempermudah komunikasi kita dengan orang lain. Namun, ketika sedang menjalin kasih Anda pasti tak ingin menerima ucapan cinta melalui pesan singkat saja. Untuk mengatasi kebosanan dan membuat hubungan semakin romantis, tak ada salahnya untuk kembali menggunakan cara tradisional, yaitu surat cinta. Meski terbilang jadul, melalui surat cinta Anda bisa lebih puas mengungkapkan perasaan dengan kalimat yang lebih romantis. Apalagi jika surat itu Anda selipkan ke tangannya dilengkapi setangkai mawar merah.

Pada Bulan Merah Akankah Kau Pulang

Sampai penantian itu berbilang tahun --20 tahun hingga kini-- bagai kumbanng putus tali. Hilanng tanpa kendali. Andaikata pula ia tersesat, mestinya aku tahu di mana rimbanya. Kalaupun ia wafat, aku berharap tahu pula di mana tempat kuberziarah.

Doa Sebutir Peluru

Engkau teerdiam, bersarang di dalam leher seseorang setelah sebelumnya menerjang, berteriak garang. Engkau masih terdiam ketika leher yang kau lubangi itu mengucurkan darah merah, memulas tanah, mengguris hitam pada sejarah. Kemudian perlahan engkau meringis, mulai menangis, memaki segala macam tragedi sementara tubuhmu tak dapat bergerak, tetap berdiam di tubuh manusia malang itu.

Rabu, 26 November 2014

Kisah Cinta Tan Bun An dan Siti Fatimah

Pulau KemaroOleh Putra Kurusetra

Ada sebuah kisah atau legenda yang mengiringi setiap kali perayaan Imlek di Palembang. Kisah ini menunjukkan sebuah sikap pembauran antara etnis Tionghoa dengan Melayu di Palembang. Legenda itu terkait dengan percintaan Tan Bun An dengan Siti Fatimah, yang berlangsung di masa Kerajaan Sriwijaya.

Kini, makam Siti Fatimah dan Tan Bun An berada di Pulau Kemaro, sebuah delta yang berada di Sungai Musi. Delta ini tak jauh dari lokasi Kuto Gawang, yang kini menjadi lokasi pabrik PT Pupuk Sriwidjaja. Kuto Gawang merupakan kota tempat berdiamnya pemerintahan Kerajaan Palembang. Bahkan diyakini pula sebagai kota di masa Kerajaan Sriwijaya.

Setiap kali perayaan Imlek, Pulau Kemaro selalu dijadikan pusat perayaan. Sebab selain terdapat makam Siti Fatimah, yang lokasinya berada di dalam Klenteng Hok Tjing Rio, juga terdapat sebuah kuil Budha. Selama perayaan Imlek 2012, di Pulau Kemaro dihiasi sekitar 2.00 lampion.

Nah, kembali ke legenda itu.

Berdasarkan berbagai sumber, maka diceritakan, dahulu kala, di masa Kerajaan Sriwijaya, Palembang sebagai pusat pemerintahan terdapat sebuah perguruan tinggi agama Budha yakni Sjakhyakirti. Lalu salah satu pangeran dari Tiongkok, yang bernama Tan Bun An menuntut ilmu di perguruan tinggi tersebut.

Dalam proses belajarnya di Palembang, Tan Bun An mengenal seorang putri dari seorang pangeran Palembang yang beragama Islam. Namanya Siti Fatimah. Mereka pun jatuh cinta, dan sepakat menikah. Orangtua Siti Fatimah setuju, begitu pun dengan orang tua Tan Bun An.

Tan Bun An kemudian mengirim seorang pengawalnya pulang ke Tiongkok untuk meminta emas kawin. Tentu saja permintaan ini disetujui orang tua Ta Bun An. Mereka pun mengirim keramik, guci, koin emas dan perak. Agar tidak dicuri atau dirampok di tengah perjalanan, semua emas kawin itu diletakkan di dalam guci raksasa yang di atasnya diletakkan sayur-sayuran. Panglima maupun hulubalang yang membawa guci-guci itu sama sekali tidak tahu keberadaa emas kawin tersebut.

Namun, saat kapal bersandar di pelabuhan Kuto Gawang, Tan Bun An terkejut, sebab tidak ada barang yang sesuai dengan permintaannya. Dia hanya menemukan puluhan guci berisi sayuran. Tan Bun An pun marah. Kesal. Dia menyangka kedua orangtuanya tidak setuju dirinya menikah dengan Siti Fatimah.

Sambil emosi dibuangnya guci-guci itu ke Sungai Musi. Tapi saat guci terakhir, guci kesembilan dibuangnya, guci itu terjatuh di tepi kapal, pecah, sebelum jatuh ke Sungai Musi. Lalu terlihatlah sejumlah benda berharga seperti yang dimintanya, seperti keramik, koin emas, dan koin perak.

Tan Bun An terkejut melihat hal tersebut. Dia pun sangat menyesal. Diperintahnya panglima dan para hulubalang untuk mengambil kembali guci-guci yang sudah tenggelam ke Sungai Musi.

Sayang, guci itu tak ditemukan. Bahkan panglima dan para hulubalang tidak muncul lagi ke permukaan air. Tan Bun An memutuskan turut terjun ke Sungai Musi mencari guci-guci tersebut. Nasibnya pun sama. Dirinya tenggelam di Sungai Musi.

Mendengar kabar itu, Siti Fatimah yang berada di rumah, menjadi sedih. Dia pun minta diantar dayang-dayangnya ke lokasi kejadian. Sungguh mengejutkan, di lokasi kejadian, Siti Fatimah tak dapat menahan rasa sedihnya, dia pun terjun ke Sungai Musi.

Tak lama kemudian, di lokasi kejadian muncul sebuah delta kecil yang di atasnya terdapat dua unggukan tanah seperti kuburan atau makam. Masyarakat Palembang pun percaya bahwa dua unggukan tanah itu merupakan makam Tan Bun An dan Siti Fatimah.

Sementara etnis Tionghoa, sejak saat itu sering berziarah ke delta tersebut, hingga ahirnya pada tahun 1962 di lokasi makam Tan Bun An dan Siti Fatimah dibangun Klenteng Hok Tjing Rio.

Namun, keberadan Pulau Kemaro ini memang memiliki banyak sejarah. Disebutkan di lokasi itu didirikan sebuah benteng oleh Kesultanan Palembang Darussalam buat menghadang para tentara VOC yang ingin menyerang Palembang. Selain itu, seusai Peritiwa 30 September 1965, di lokasi itu didirikan sebuah camp buat menampung tahanan anggota PKI dan simpatisannya.

Kini, sejak tiga tahun terakhir, para pemburu benda beharga di Sungai Musi, selalu menyelam di sekitar Pulau Kemaro. Mereka percaya legenda Tan Bun An dan Siti Fatimah itu ada benarnya, sehingga mereka berharap menemukan benda-benda berharga yang terbuang di Sungai Musi tersebut.



------------------------------------------------------
Berita Musi, 24 Januari 2012 04:17 AM



Pulau Kemaro