Ini Cara yang Tepat Menyatakan Cinta

Tidak banyak perempuan yang berani untuk mengungkapkan perasaannya dan malah memilih untuk memendamnya entah sampai kapan. Sebenarnya, menyatakan cinta itu sah-sah saja selama anda menggunakan cara yang sopan dan tidak berlebihan.

Mengetahui Kadar Cinta Si Dia

Keingintahuan merupakan hal yang sangat wajar dalam kehidupan manusia. Keingintahuan dapat terkait dengan banyak hal dan salah satunya mengenai pasangan anda. Berikut beberapa tips untuk mengetahui kadar cinta si dia

Ada Banyak Cara Melupakan Mantan Pacar

Setiap hubungan percintaan pasti mengalami masa-masa yang sulit untuk bisa saling memahami perbedaan yang ada. Seringnya perbedaan tersebut malah membuat hubungan tersebut menjadi sangat buruk kualitasnya. Tidak jarang hal ini mengakibatkan putus cinta

Lewat Surat Cinta Bisa Lebih Ungkapkan Romantisme

E-mail, SMS, sampai instant messenger memang sangat mempermudah komunikasi kita dengan orang lain. Namun, ketika sedang menjalin kasih Anda pasti tak ingin menerima ucapan cinta melalui pesan singkat saja. Untuk mengatasi kebosanan dan membuat hubungan semakin romantis, tak ada salahnya untuk kembali menggunakan cara tradisional, yaitu surat cinta. Meski terbilang jadul, melalui surat cinta Anda bisa lebih puas mengungkapkan perasaan dengan kalimat yang lebih romantis. Apalagi jika surat itu Anda selipkan ke tangannya dilengkapi setangkai mawar merah.

Pada Bulan Merah Akankah Kau Pulang

Sampai penantian itu berbilang tahun --20 tahun hingga kini-- bagai kumbanng putus tali. Hilanng tanpa kendali. Andaikata pula ia tersesat, mestinya aku tahu di mana rimbanya. Kalaupun ia wafat, aku berharap tahu pula di mana tempat kuberziarah.

Doa Sebutir Peluru

Engkau teerdiam, bersarang di dalam leher seseorang setelah sebelumnya menerjang, berteriak garang. Engkau masih terdiam ketika leher yang kau lubangi itu mengucurkan darah merah, memulas tanah, mengguris hitam pada sejarah. Kemudian perlahan engkau meringis, mulai menangis, memaki segala macam tragedi sementara tubuhmu tak dapat bergerak, tetap berdiam di tubuh manusia malang itu.

Kamis, 11 Juli 2013

Santet Kelelawar Nyaris Membuatku Lumpuh

Santet Kelelawar Nyaris Membuatku LumpuhOleh: Usep M

Aku tidak tahu dari mana kelelawar itu datang. Namun akibat yang ditimbulkan sungguh membuatku teriksa. Bahkan aku nyaris lumpuh dan kehilangan segala-galanya.

• • • • • • • • • • • • • • •


Aku ingat betul, bulan itu adalah awal bulan suci Ramadhan waktu, awal bagi umat Islam di seluruh dunia untuk melakukan puasa dan menahan hawa nafsu, amarah, juga menahan rasa lapar dan dahaga selama satu bulan penuh. Di mana kebetulan juga malam itu jatuh pada malam Jumat Kliwon.

Seperti hari-hari biasanya, pada setiap pukul 02.30 WIB kebiasaanku adalah bangun dari tidurku untuk melaksanakan shalat malam, sunnah tahajjud juga shalat hajat. malam-malam yang tak pernah aku lewatkan untuk selalu berkomunikasi dengan Gusti Allah melalui shalat malam. Malam itu sebelum aku terbangun dari tidurku yang sangat lelap, aku bermimpi didatangi sesosok makhluk seperti seekor kelelawar besar dari atap kamarku.

Aku tidak tahu dari mana kelelawar itu datang, yang kulihat sepertinya makhluk itu akan menyerang tubuhku yang dalam keadaan sedang berbaring di tempat tdurku. Seketika aku tersentak dan terbangun, setelah aku sadari bahwa ternyata yang baru saja aku alami tadi hanyalah mimpi belaka, aku pun segera saja beranjak dari pembaringanku, melangkah menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Sesampainya aku di kamar mandi aku mengalami kejadian yang sangat aneh. Secara tak terduga tiba-tiba saja tangan kananku bergerak dengan sendirinya dan secara reflek ingin memukul wajahku sendiri. Dengan reflek pula aku segera menahan ayunan tangan kananku yang mengarah ke wajahku sendiri dengan tangan kiriku.

Aku segera keluar dari kamar mandi. Sesaat aku tak dapat berkata dan berpkir apa-apa, aku hanya diam tertegun dan dan ucapan Istighfar terus kulantunkan tanpa henti, sambil tak lupa juga aku memohon dalam hati kepada Allah SWT, agar aku dilepaskan dari kejadian aneh yang kurasakan saat itu.

Apa salah dan dosak, pikirku. Kubatalkan niat shalat tahajjud dan hajatku malam itu, karena terus terang aku saat itu jadi merasa benar-benar takut dan terguncang dengan kejadian yang baru saja kualami dan tidak masuk akal pikiranku. Bagaimana mungkin salah satu anggota tubuhku ingin menyakiti anggota tubuhku yang lain, sungguh sangat musykil hal itu dilakukan oleh orang yang dalam kesadaran penuh, tidak gila.

Kejadian terus berlanjut, bukan tanganku yang ingin memukul wajahku, tetapi, dimana keesokan harinya tubuhku tiba-tiba saja terasa sangat lemas, nyaris seperti tak bertulang. Namun demikian ku coba paksakan diriku untuk tetap bekerja pada hari itu. Aku tetap berjalan untuk bekerja ke kantor seperti kegiatan rutin setiap harinya.

Namun setibanya d kantor, kurasakan seluruh tubuhku semakin bertambah lemas saja dan seolah tiada daya sama sekali. Atasanku yang mengetahui dan melihat keadaanku saat itu, memberi saran kepadaku untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Dia memberi ijin padaku untuk pulang saja guna berobat ke dokter, dab beristirahat beberapa hari sampai kondisiku sudah memungkinkan untuk kembali ke kantor dan bekerja seperti biasanya.

Tanpa buang waktu dan banyak pikir lagi, aku pun langsung kembali pulang ke rumah untuk kemudian pergi ke dokter praktek guna memeriksakan kondisiku yang semakin terasa lemas. Akhirnya hasil dari pemerksaan dokter itu, aku memang diharuskan istirahat total selama beberapa hari. Beruntung pimpananku di kantor sudah memberi ijin, jadi aku tidak perlu repot-repot lagi mendatangi kantor hanya sekedar untuk meminta ijin atasanku.

Aku pun mengambil kesepatan itu untuk pulang ke rumah orang tuaku agar dapat beristirahat dengan total sesuai yang dianjurkan dokter yang meemeriksaku. Setibanya di rumah orang tuaku, aku disambut dengan tidak kemengertian orang tuaku, kenapa aku kembali ke rumah mereka. Setelah kujelaskan semua keadaanku, dan mereka mengerti, aku langsung beranjak ke kamar tidur, dan langsung aku rebahkan tubuhku yang terasa lemas hingga aku tertidur.

Entah berapa lama aku tertidur, sampai beberapa waktu kemudian tiba-tiba saja aku terbangun, kejadian malam di rumahku terjadi kembali di rumah orang tuaku. jiwaku semakin terguncang, istriku yang kuberitahu keadaanku yang berada di rumah orang tuaku segera datang menjemputku, untuk kembali pulang ke rumah. Tapi kami sempatkan juga untuk mampir mengunjungi rumah orang tua istriku. Sore harinya aku pulang dengan berjalan kaki bersama istriku dan ditemani oleh adik iparku.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba di ujubg kakiku terasa seperti ada sesuatu yang masuk, entah itu apa, tak sempat aku lihat. Benda itu seperti berjalan terus menjalar sampai ke ujung kepalaku. Sampai akhirnya kurasakan mulutku tertarik ke kanan, mataku terbuka lebar dan tubuhku kejang-kejang.

Istri an adik iparku yang melihat semua itu haya bisa menangis, mereka tak tega melihat kondisi badanku seperti itu. Aku masih bisa mendengar biskan adik ipar di telingaku agar aku tetap membaca istighfar. Sedangkan istrku segera mencari kendaraan taksi, untuk membawaku ke Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon.

Sesampainya di rumah sakit itu, aku langsung dimasukan ke UGD dan dengan cepat ditangani oleh seorang dokter perempuan. Saat itu telingaku masih mendengar suara tangisan istri dan adik iparku, dokter yang menanganiku membisikkan kalimat di telingaku untuk tetap mengucapkan istighfar. Alhamdulillah keajaiban terjadi, seketika itu mulutku kembali seperti semula, dokter yang menanganiku sangat senang dan tiada hentinya mengucapkan Alhamdulillah.

Namun selang beberapa saat aku kembali kejang, seperti sesuatu yang terus masuk ke dalam tubuhku terus saja berjalan, suntikan pun diberikan dokter. Terasa obat di tanganku mengalir, sepertinya suntikan itu adalah obat untuk meringankan kejang, lalu aku dibawa ke ruang perawatan.

Setiba di penbaringan kurasakan kepalaku terasa berat seperti terdapat batu yang besar menindih kepalaku, tangan kanan dan kaki kananku terasa lemas seperti tidak dapat digerakan. Keesokan harinya pengobatan dilanjutkan, aku dibawa ke ruang scan untuk dilihat apa penyebab sakit di kepalaku.

Saat itu aku ditangani oleh seorang dokter ahli saraf, hasil dari scan didapat, ternyata di kepalaku terdapat darah menggumpal yang menutupi otakku, sehingga otakku tak dapat berfungsi sepenuhnya. Teman-teman, saudara-saudaraku, semuanya hanya bisa melihatku dengan rasa iba dan sembunyi-sembunyi menangis melihat penderitaan yang ku alami.

Selama 11 hari aku merasakan sakit, tiba-tiba tingkah lakuku pun sepertnya menjadi aneh. Bicaraku sering ngelantur ketika ibuku menanyakan nomor telepon kantorku, aku lupa. Anehnya lagi pada setiap orang yang datang, ibuku selalu bertanya kepadaku "Siapakah ini yang bersama ibu, kamu masih kenal kan?" Aku tidak bisa langsung mengingatnya dan mengenali orang yang bersama ibuku itu. Aku selalu tidak bisa dengan cepat menjawab pertanyaan itu. Memori di otakku sepertinya telah sangat lambat bekerja. Dokter ahi saraf pun akhirnya menyarankan kepadaku untuk melakukan scan kembali.

Dari hasil scan ke-2 aku disarankan dokter untk operasi, karena pembuluh darah yang menggumpal dan menutupi otakku harus dibuang, keluargaku pun segera mengadakan musyawarah mengambil keputusan tentang operasi yang ddsarankan dokter. Dari hasil musyawarah, ternyata keluargaku menolak dilakukan operasi atas dirkiu, karena walaupun berhasil dalam operasi, tetap saja akan ada efek samping dari hasil operasi itu, yaitu aku bsa saja lumpuh. Apalagi dokter pun tidak bisa bertanggung jawab penuh atas hasil operasi hidup atau matku.

Tiba-tiba aku teringat akan uwakku di Desa Cikeleng, Kabupaten Kuningan. Aku minta kepada ibuku agar uwakku didatangkan ke rumah sakit, ibuku pun segera mengabulkan permintaanku dengan menelpon uwakku untuk dapat segera datang ke rumah sakit menemaniku. Tidak memakan waktu sampai sehari, hari itu juga uwakku datang dan melihat diriku.

Melihat kondisiku, uwakku lalu menyarankan agar aku segera dibawa pulang saja, karena menurutnya kondisi penyakit yang kuderita bukanlah penyakit medis, tetapi penyakit non medis. Penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan peralatan dokter secanggih apapun. Tapi saat itu kelargaku tidak begitu saja percaya dengan ucapan uwakku, dan mereka tidak mengijinkannya. Mereka mash tetap bertahan dengan penyembuhan dari dokter rumah sakit itu. Maka uwakku pulang kembali ke Cikeleng.

Malam berikutnya di rumah sakit, aku bermimpi bertemu dengan seorang kuncen, kuncen itu adalah kuncen Nabi Musa AS, beliau meminta kepadaku agar aku menemui Nabi Musa , aku berkata kepada kuncen bahwa aku tidak bisa berjalan, kuncen itu naik ke atas untuk memberitahukan kepada Nabi Musa.

Nabi Musa turun dari atas, beliau berkata kepadaku "Wahai kaumku ikutlah denganku."

"Aku menjawab, "Wahai Nabi aku tak bisa berjalan, tubuhku gemuk. Bagaimana aku bisa mencapai e atas sana?" Kemudian Nabi Musa mengangkatku seolah aku ini tidak mempunyai beban berat, lalu aku dibawanya ke atas. Di sana aku diperlihatkan sebuah mushala yang sangat indah, di sana kulihat ada empat orang yang sedang berdzikir dengan memakai sorban putih. Aku pun bertanya kepada Nabi "Wahai Nabi apa yang dlakukan orang-orang itu?"

Nabi lalu menjawab "Itulah kaumku yang kin menempati mushala ini. Apabila kamu mau, akan kujadikan kau kaumku juga." Aku membalas, "Wahai Nabi, jangan kau ambil diriku dulu, karena diriku belum sepenuhnya membahagiakan orang tuaku dan istri, di mana anakku juga masih berusia 9 bulan, masih sangat butuh kasih sayang seorang ayah. Aku mohon kepadamu ya Nabi."

"Baiklah kalau itu maumu hanya satu yang kuminta darimu, bisakah kau mempertahankan ibadahmu, agar engkau tidak terjerumus menjadi orang-orang yang tersesat. Kalau engkau masih bisa mempertahankan semua itu, kau akan tetap menjadi kaumku," kata Nabi.
,br ?"Insya Allah ya Nabi, aku akan mencoba mempertahankan ibadahku ini," jawabku. Lalu aku dibawanya berkeliling mushala. Betapa megahnya mushala ini. Tetapi aneh, mengapa di pojok mushala masih ada kayun yang keropos. Aku pun bertanya kepada Nabi.

"Ya Nabi mengapa mushala yang begitu megahnya, masih ada kayu yang keropos?"

"Itulah satu tugasmu untuk di dunia." jawab Nabi.

Aku kemudian dibawa kembali ke bawah, dan aku diturunkan, dan sekitak itu aku terbangun dari tidur lelapku.Anehnya aku merasa kondisi badanku saat itu terasa lebih fit. Lalu aku meminta kepada keluargaku untuk memintakan ijin agar aku bisa segera pulang. Keesokan harinya dari pihak keluargaku pun menghadap ke dokter yang selama ini menanganiku.

Tetapi dokter yang menanganiku, tidak mengizinkanku pulang karena mengingat kondisi fisikku, selain belum benar-benar pulih. Dokter spesialis saraf juga tidak mau bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu keadaku, jika aku melaksanakan kehendak untuk pulang ke rumah. Ditambah lagi karena mata sebelah kananku pun tidak bisa melihat, tapi aku dan keluargaku meyaknkan dokter, bahwa Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa pada diriku, karena aku begitu yakin kalau uwakku dapat membantu untuk proses penyembuhan selanjutnya.

Sebelumnya aku memang telah disarankan oleh uwakku untuk dirawat di rumahnya. Setelah memperoleh ijin doter dan aku bisa pulang, aku dan keluarga pun segera berangkat e rumah uwakku di Cikeleng. Di rumah uwaku akupun mulai menjalani pengobatan lanjutan, dimana pada setiap malam, setiap pukul 01.00 WIB aku dibawa oleh uwaku ke makam buyut, makam keramat di Desa Cikeleng. Lokasi makamnya di tengah-tengah hutan, aku di sana berdzikir dengan uwaku dari pukul 01.00-03.00 WIB.

9 hari kemudian, malam itu malam Jumat Kliwon, aku disuruh untuk beristirahat oleh uwaku dari kegiatan melaksanakan dzikir dari pukul 01.00-03.00 WIB. Malam itu, tepatnya pukul 23.00 WIB, aku mendengar suara kroncongan kuda yang sedang berlari memutari rumah uwaku. Aku penasaran dengan suara itu, lalu beranjak ke tepi jendela, kulihat dari balik gorden jendela yang kusingkap, tapi tak tampak apapun di luar sana.

Akhirnya untuk menghilangkan rasa penasaranku, aku pun keluar, ternyata kulihat uwa perempuan ku sedang melakukan semedi, dan uwaku yang laki-laki, seperti sedang melakukan sesuatu. Uwaku terkejut melihatku, aku disarankan untuk masuk kembali. Sepertinya mereka sedang melakukan ritual yang sangat serius. Tepat jam 24.00 WIB pada jam dndingku di kamar, aku mendengar seperti ada orang yang sedang berkelahi, aku hanya mendengarkan saja dari kamarku, tidak berani untuk melihatnya, sampai akhirnya tanpa aku sadari, aku tertidur.

Keesokan harinya jam 10.00 pagi, ketika aku ingin mandi dan aku membuka bajuku, istriku melihat dipundakku seperti ada bekas telapak tangan. Ketika istriku menanyakan kenapa, aku pun tidak tahu dan tidak dapat menjelaskan ada apa sebenarnya pada pundakku.

Lalu aku pun keluar kamar dan menanyakan kepada uwakku. Uwakku hanya diam tidak memberi jawaban, dia hanya meminta aku berbalik membelakanginya, dan dengan membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an dan kemudian ditiupnya bekas telapak tangan yang ada dipundakku. Seketka bekas telapak tangan dipundakku itu hilang dengan sendirinya. Aku meraba keningku, karena terasa seperti ada yang mengganjal, kutarik, ternyata di keningku ada kain kafan, kemudian kuraba pipiku yang seperti ada sesuatu juga, lalu kutarik dan ternyata ada sebuah jarum. Uwakku yang melihat itu semua hanya tersenyum, dan ia berkata bahwa hal itu semua pertanda ada kemajuan dalam pengobatan sakitku, dan uwakku bilang, tidak sia-sia selama 9 hari dia melaksankan ritual.

Kini mata sebelah kananku mulai membaik dan bisa melihat, kakiku pun yang terasa lemas beberapa hari lalu sudah mulai ada kekuatan dan aku sudah bisa berjalan kembali walau kulakukan masih perlahan-lahan. Tak kepalang betapa bahagianya keluargaku melihat kemajuan yang kudapat, maka sre itu pun kami mengadakan syukuran, dengan mengundang tetangga dekat, bersyukur bahwa diriku bisa terlepas dari pengaruh mistik yang entah siapa yang sudah berbuat setega itu padaku.

Kini tinggal sisa-sisa penyakit yang ada pada dirku, aku sudah berangsur pulih seperti sedikala. Lalu aku pun di anjurkan uwakku melakukan kontrol setiap minggu. Pada kesempatan lain aku yang merasa penasaran dengan penyakitku, dan ingin sekedar tahu saja siapakah yang dengan tega berbuat hal itu pada diriku, aku tanyakan hal itu kepada uwakku.

Jawabnya sungguh sangat mengherankan, menurut uwakku, aku terkena serangan santet yang sangat ganas, di mana menurut uwakku lagi semua itu adalah karena perbuatan teman sekantorku yang merasa iri karena aku dekat dengan atasanku. Mengetahui hal itu aku hanya mengucap sykur kepada Gusti Allah, bahwa aku masih dberi kesempatan untk sembuh. Aku pun berjanji dalam hati, bahwa aku tidak akan menaruh dendam pada teman kantorku itu, sesuai yang dsarankan uwakku juga. Dendam adalah perbuatan yang sangat menyakitkan di hati. Semua hanya kepasrahan kepada Gusti Allah. Semoga teman kantorku itu dberi kesadaran Gusti Allah untuk tidak berbuat hal yang sama pada orang lain. (*)

Sumber: Mistri Edisi 561 Tahun 2013

Senin, 08 Juli 2013

Tubuh Kurus Kering Akibat Menyusui Tuyul

Tubuh Kurus Kering Akibat Menyusui TuyulOleh: R. Mujiati

Makam Ngujang, Tulungagung, Jawa Timur, sudah lama dikenal sebagai tempatnya orang memuja pesugihan tuyul. Ini adalah kisah seorang penganut pesugihan di tempat ini yang tubuhnya kurus kering akibat menyusui tuyul yang dipeliharanya. Dialah Srikaya

Di zaman serba materialistik ini, orang terkadang rela melakukan apa saja. Tak peduli, jalan yang ditempuh sesat atau hitam, yang penting baginya adalah bisa hidup enak dan mewah. Namun apalah arti hidup bergelimang harta jika didapat dengan cara yang tidak halal. Apalagi jika dikemudian hari harta yang melimpah itu akan menyiksa lahir batin tanpa batas waktu.

Sebut saja namanya Srikaya, meski di masa mudanya kaya raya, ia tidak terlihat sumringah atau segar bila dipandang mata. Padahal ia sebenarnya bisa makan enak, membeli berbagai macam pakaian dan perhiasan bisa dilakukan dengan mudah. Namun, di usianya yang belum tua, ia justru terlihat ringkih seperti orang yang tengah sakit-sakitan. Perihal itu, tidak banyak orang yang tahu jika ia sebenarnya penganut pesugihan sejenis tuyul yang setiap malam minta disusuinya.

Pada saat di hari tuanya, bahkan Srikaya terlihat semakin renta saja. Tak hanya tubuhnya, penglihatan dan pendengarannya juga tidak begitu jelas. Karena itu jika berbicara dengannya harus ekstra keras yang disertai dengan menggunakan bahasa isyarat untuk memudahkan wanita tua ini menangkap maksud pembicaraan. Kini di hari tuanya, Srikaya hidup sebatang kara si sebuah desa di Tulungagung, yang berbatasan dengan Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Penulis mengetahui keberadaan Srikaya dan jauh-jauh datang ke tempat tinggalnya setelah seorang rekan mengirimkan sebuah pesan yang isinya cukup menarik untuk ditelusuri. Yakni mengenai kehidupan wanita ini yang katanya pernah menganut sebuah pesugihan tuyul yang diperolehnya di daerah Tulungagung, yakni di Makam Ngujang , Ngantru.

Tapi, saat Srikaya ditemui penulis, ia mulanya menolak permintaan mengobrol mengenai masa lalunya yang kelam tersebut. Berkali-kali ia mengatakan bahwa itu masa lalu, tidak perlu diingat-ingat lagi. Seorang rekan yang sudah beberapa kali mengunjungi nenek tua ini mengatakan bahwa harus cukup sabar untuk bisaa menggali cerita darinya.

Rekan yang mantan wartawan itu sebenrnya sudah banyak menggali informasi mengenai masa lalu nenek tua itu. Tapi, untuk meyaknkan penulis, ia minta untuk menanyakan sendiri atau barangkali ada data-data yang masih kurang lengkap untuk digali lagi dari nenek Srikaya tersebut.

Menurut rekan yang mantan wartawan itu, Srikaya terpaksa melakukan pesugihan tuyul sebab hidupnya selalu didera kemiskinan. Kakek neneknya miskin, begitu juga ibu dan bapaknya. Bahkan ketika Srikaya muda ini menikah ia justru mendapatkan seorang suami yang berasal dari keluarga miskin. Yang lebih menyakitkan, suaminya itu ternyata seorang pemalas dan suka main judi. Perihal hobi suaminya ini, Srikaya sering dibuat sakit hati. Tak hanya sakit hati akibat jarang diberi uang belanja, uang hasil kerjanya sendiri terkadang masih saja dirampasnya.

Konon, karena gelap mata jarang diberi nafkah, bahkan mungkin dalam beberapa minggu tidak pernah dikasih uang belanja oleh suaminya, Srikaya mendatangi Makam Ngujang, yang ada di Kecamatan Ngantru, Tulungagung, yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya. Untuk itu, ia harus terpaksa menitipkan anak laki-lakinya yang baru berumur sekitar sembilan tahun pada orangtua kandungnya.

Mulanya, ia tak bermaksud untuk memuja pesugihan. Ia hanya ingin datang saja ke makam itu, setelah mendengar cerita dari orang-orang bahwa sudah banyak yang berhasil setelah berziarah ke situ. Selain itu, ia mengaku lebih tenang saat berada di makam itu. Ia seperti menemukan tempat yang damai di situ. Entahlah, apakah karena pengaruh kekuatan gaib yang ada di situ atau memang akibat suasana yang memang mendukung, yakni sejuk sebab banyak pepohonan yang ada di tempat itu.

Tak sekali saja Srikaya mendatangi makam itu. Srikaya sendiri lupa sampai berapa kali mendatangi makam itu, mungkin pula sudah berkali-kali. Meski sudah sering mendatangi makam itu, namun tidak ada tanda-tanda apa yang menjadi keinginannya akan bisa terkabul. Ia masih sering kekurangan dan pekerjaannya yang serabutan masih pula dijalaninya.

Sampai pada suatu malam, setelah siangnya baru mendatangi Makam Ngujang, dalam tidurnya Srikaya didatangi seorang anak gundul yang ingin kut dengannya. Karena merasa kasihan, Srikaya akhirnya menuruti keinginan anak kecil yang berkepala plontos itu.

Namun, di tengah jalan bocah itu minta air susunya. Srikaya mengiyakan begitu saja, tapi saat bocah itu menyedot air susunya, bocah tersebut seperti tidak ada habis-habisnya meminumnya. Karena merasa sakit, Srikaya akhirnya terbangun dari tidurnya. Srikaya kaget, sebab mimpi itu seperti nyata. Mimpi itu katanya jelas sekali, sampai-sampai ia gemetaran dan tubuhnya berkeringat dan keadaannya berantakan seperti orang yang memang baru saja menyusui anaknya.

Besoknya, Srikaya kembali bermimpi. Tapi, kali ini mimpinya didahului dengan menyusui anak kandungnya sendiri, tapi saat itu tiba-tiba ada bocah lain yang ingin menyusu padanya. Berkali-kali Srikaya mimpi seperti itu. Sampai akhirnya ia sendiri yakin jika ada makhluk lain yang mengikutinya, yakni makhluk gaib kecil ang brtelanjang dan berkepala plontos, yang mungkin sejenis tuyul.

Jika sebelumnya bocah gundul itu datang seperti dalam mimpi, kini Srikaya mengaku melihat dengan jelas kelebatnya. Bahkan terkadang, ia seperti mengintip atau memperhatikan Srikaya. Ia seperti tahu dan mendengarkan apa-apa yang diucapkan Srikaya. Pada saat itulah Srikaya iseng-iseng menyuruhnya melakukan ini dan itu dan ternyata bocah itu menurutinya. Perintah ini dan itu, salah satunya adalah mencarikan Srikaya uang yang entah uang itu didapatnya dari mana oleh bocah gundul itu. Mungkin juga mencuri milik orang-orang kaya. Meski begitu, katanya uang yang diperoleh bocah itu tidak pernah banyak, hanya beberapa lembar uang puluhan ribu. Meski begitu, hampir tiap hari Srikaya mendapatkannya.

Menurut Srikaya yang pernah diceritakan pada rekan yang mantan wartawan itu, semua itu berjalan seperti mimpi. Tidak ada perjanjian gaib antara dirinya dengan makhluk gaib penunggu makam Ngujang atau bahkan dengan bocah gundul tersebut.

Sejak itulah, tak butuh waktu lama, kehidupan wanita itu berangsur-angsur membaik. Ia tidak lagi menjadi buruh serabutan. Ia mulai membuka usaha kecil-kecilan. Dari usaha kecil-kecilan yang dirintisnya di pasar, yakni berjualan alat-alat dapur, usaha wanita itu cepat sekali perkembangannya. Sampai akhirnya Srikaya mempunyai stand di pasar yang dibeli dari uang tabungannya. Anehnya, jumlah tabungannya itu lebih besar dari perkiraannya. Mengenai hal itu, mungkin uang itu ditambahi dari makhluk kecil yang gundul tersebut.

Tak hanya sekedar punya, lambat laun kehidupan Srikaya benar-benar bergelimang harta benda. Dengan kekayaan itu, Srikaya sebenarnya bisa melakukan apa saja. Membeli pakaian yang bagus, perhiasan, makanan yang nikmat dan lezat, dan berbagai hal yang menyenangkan. Tapi, ada pandangan yang sungguh-sungguh mengiris hati, yakni meski bisa makan enak, pakaian mewah dan memakai perhiasan yang mahal, aura wajah Srikaya tidak menampakkan suatu yang membahagiakan. Wajah wanita itu redup, seperti ada sesuatu yang menutupi.

Tubuhnya kurus kering seperti orang yang sedang menderita sesuatu penyakit tertentu, tidak ada yang tahu jenis penyakit apa yang sedang diderita wanita ini. Meski begitu ada isu yang mengatakan jika wanita ini setiap malam menyusui makhluk gaib yang bernama tuyl. Karena disedot oleh tuyul yang minumnya banyak inilah wanita ini badannya kurus kering.

SEpuluh tahun berikutnya, setelah Srikaya mendapatkan kekayaan seperti yang menjadi keinginannya, cobaan itu mulai datang menerpa. Suaminya yang pemalas dan hobinya yang hanya main judi, selingkuh dengan wanita lain. Padahal uang untuk judi dan selingkuh itu justru didapatnya dari memeloroti atau diam-diam mengambil dari usaha istrinya. Srikaya yang marah dan menganggap lelaki itu tidak tahu diri akhirnya menceraikannya.

Setahun berikutnya, cobaan itu datang lagi, anak tunggalnya yang menginjak remaja mengalami kecelakaan di jalan raya sampai akhirnya meninggal seketika di tempat kejadian perkara. Ditinggal suami, wanita ini pada waktu itu masih bisa menahan kesedihannya. Tapi, kehilangan anak tunggalnya, sampai berbulan-bulan lamanya Srikaya tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya.

Lamban laun namun pasti, kekayaan wanita itu mulai merosot sedikit demi sedikit. Usaha perdagangan yang dilakukannya banyak mengalami kendala dan akhirnya menemui kegagalan. Kepada rekan yang mantan wartawan itu, Srikaya sempat mengaku jika ia sama sekali tidak ada perjanjian gaib dengan penunggu makam Ngujang mengenai tumbal atau lain sebagainya. Srikaya sendiri tidak tahu, apakah meninggalnya anaknya akibat diambil penguasa gaib Makam Ngujang sebagai tumbal atau memang murni kecelakaan.

Meski tak juga mau bercerita panjang lebar mengenai masa lalunya pada penulis, wanita ini sempat juga mengaku jika ia tidak mau lagi didatangi bocah gundul yang menurut perkiraannya jelmaan tuyul itu. Ia tobat dan ingin meninkmati masa tuanya yang mungkin sebentar lagi akan diambil oleh Yang Maha Kuasa untuk hal-hal yang lebih bak lagi.

Baginya, sekarang ini harta benda tidak ada harganya. Sebab, selain tdak bisa menikmatinya, kekayaan itu tidak ada artinya jika ia hanya hidup sendiri dan keluargannya telah meninggalnya.
Sepulang dari menemui Srikaya, penulis sempat mampir di kompleks Makam Ngujang, Ngantru, Tulungagung. Sebuah makam yang dinaungi cungkup menyerupai rumah terlihat cukup dikeramatkan di antara makam-makam yang lain. Makam itu terkunci dan untuk memasukinya harus ijin juru kuncinya.

Sementara itu, di kompleks makam, di antara batu-batu nisan dan dahan-dahan pohon, puluhan kera atau monyet sibuk bergelantungan, bahkan terkadang mendekati orang yang sedang berziarah di makam ini. Konon, kera-kera ini adalah jelmaan para penganut pesugihan yang telah habis masa kontraknya. (*)

Sumber: Misteri Edisi 561 Tahun 2013